Di Riau, kebakaran hutan seakan sudah menjadi hal biasa. Pemakluman seperti ini begitu marak dijumpai. Paradigma sebagian petani yang menganggap bahwa membakar hutan adalah cara terbaik untuk membuka lahan sekaligus memberi nutrisi pada tanah juga sangat disayangkan. Sebagai perusahaan yang berbasis pada sumber daya alam, perusahaan Sukanto Tanoto pun merasa memiliki tanggung jawab untuk meluruskan hal tersebut.
Sejak tahun 2003, grup RGE, khususnya Asian Agri sudah tidak lagi memperluas kebun intinya. Hingga saat ini, unit bisnis grup Royal Golden Eagle tersebut memiliki lahan perkebunan kelapa sawit seluas 100.000 hektar dan 60.000 hektar berupa kebun plasma. Sejalan dengan komitmen dalam menjaga keberlangsungan hutan, APRIL Group yang juga merupakan unit bisnis grup RGE turut menggalakkan berbagai program untuk membantu mengatasi masalah kebakaran hutan.
Mencegah kebakaran hutan tidak bisa dilakukan oleh pemerintah atau pihak swasta seorang diri. Peran masyarakat juga sangat dibutuhkan.
Menarik kepedulian masyarakat untuk mencegah kebakaran hutan membutuhkan berbagai pendekatan. Masyarakat juga tidak akan tertarik untuk mendukung program pencegahan kebakaran hutan jika dirasa tidak ada manfaat yang akan mereka dapatkan.
Program Desa Bebas Api yang diinisiasi oleh APRIL Group memiliki cara tersendiri dalam menarik simpati masyarakat untuk lebih peduli dalam menjaga hutannya. Salah satunya adalah dengan cara memberi penghargaan kepada desa-desa yang berhasil menjaga hutannya selama periode tertentu.
Uang sejumlah Rp 100 juta akan diberikan kepada desa binaan perusahaan Sukanto Tanoto yang sukses menjaga hutannya. Program yang resmi diperkenalkan pada Juli 2015 ini pun terbilang cukup sukses. Dari tahun 2015 hingga 2018, angka kebakaran hutan di desa-desa binaan terjaga di angka yang cukup rendah yakni 0,01%, 0,07%, 0,03% dan 0,02% dari total area hutan yang ada.
Dalam membangun kepedulian masyarakat akan pentingnya menjaga dan mencegah kebakaran hutan juga dilakukan dengan menggandeng tokoh-tokoh desa setempat. Selain membagi pengetahuan dan memberi pelatihan, tokoh-tokoh ini juga berperan dalam memantau dan melaporkan kebakaran yang terjadi.
Pembakaran hutan untuk membuka lahan bukan hanya dilakukan atas dasar efisiensi. Cukup banyak juga petani yang menganggap abu hasil pembakaran bisa menyuburkan tanah yang hendak ditanami. Anggapan seperti ini sejatinya tidak sepenuhnya benar. Sebaliknya, membuka lahan dengan cara membakar sebenarnya justru mengurangi nutrisi yang terkandung dalam tanah.
Perusahaan Sukanto Tanoto secara aktif memberi pengertian kepada para petani tentang dampak buruk membakar hutan. Selain meningkatkan kesadaran, grup RGE juga membantu memberikan solusi alternatif atas masalah yang kerap dialami oleh para petani swadaya, khususnya dalam membuka lahan.
Bantuan berupa pendidikan pertanian berkelanjutan. Perusahaan Sukanto Tanoto juga memberi bantuan berupa alat pembukaan lahan mekanis kepada para petani. Tidak berhenti di situ, bantuan pendanaan dan tenaga kerja juga diberikan kepada mereka yang membutuhkan.
Pencegahan adalah cara terbaik untuk memerangi kebakaran hutan. Untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas udara yang baik, grup RGE memasang beberapa detektor udara yang tersebar di sekitar area konsesi APRIL Group. Di tahun 2016 saja, setidaknya ada 7 detektor yang telah dipasang.
Guna mendukung upaya dalam melindungi hutan di Indonesia, khususnya di Riau, perusahaan Sukanto Tanoto menolak membeli bahan baku dari pemasok yang terlibat dalam pembakaran hutan. Pemberlakuan zero tolerance ini berlaku baik untuk pemasok kayu maupun kelapa sawit yang bekerja sama dengan grup RGE.