Radiator memegang peran penting dalam menjaga suhu mesin mobil agar tetap stabil. Salah satu pendukung agar radiator dapat menjalankan fungsinya dengan baik adalah cairan radiator. Selama ini banyak pengendara mobil yang menggunakan air keran untuk mengisi tabung radiatornya. Alasannya, sudah jelas karena murah dan juga mudah untuk didapatkan. Apalagi jika suatu saat cairan radiator habis karena suatu hal, Anda bisa mengisinya kapan saja dan di mana saja. Sebab air keran ini bisa ditemukan diberbagai tempat, seperti pombensin atau masjid.
Namun, adakah dampak yang terjadi pada mobil jika menggunakan air keran sebagai cairan radiator? Tentu saja ada, berikut ini adalah di antaranya:
Saat mesin mobil bekerja, maka akan terjadi peningkaatan suhu yang sangat drastis. Terlebih lagi ketika berkendara di cuaca terik saat siang hari. Air keran memiliki titik didih yang rendah sehingga kemampuannya untuk menjaga suhu tetap stabil lebih rendah dibandingkan radiator coolant.
Selain memiliki titik didih yang rendah, air keran juga lebih cepat menguap ketika berada pada suhu tinggi. Akibatnya, air radiator akan lebih cepat habis dan harus selalu diisi agar tetap berada pada level yang dibutuhkan. Dalam perjalanan yang sering atau jauh, banyak orang yang terkadang lupa melakukan pengecekan dan hal ini sangat berbahaya bagi mesin.
Air keran memiliki sifat korosif sehingga bisa menimbulkan karat pada permukaan mesin mobil. Tidak hanya itu, kandungan zat besi, mangan, serta kapur yang ada pada air keran juga berpotensi menimbulkan kerak. Tumpukan kerak beserta karat yang muncul dapat menyebabkan cairan radiator tidak bersirkulasi dengan baik atau tersumbat sehingga proses pendinginan mesin terganggu. Selain itu, kerak ini juga berpotensi masuk ke sela mesin yang akhirnya dapat merusak mesin.
Jadi, menggunakan air keran untuk radiator memang terkesan murah tetapi dampak akhirnya justru bisa berbahaya. Setelah mengetahui ini, apa masih mau menggunakan air keran untuk radiator mobil kesayangan?